Hallo semua!
Sudah lama tak menulis, maklum…sedang mencoba meng-goal-kan
judul skripsi dan beberapa presentasi kecil. Doakan saja masa-masa kritis ini
selesai hehehe.
Oh iya….saya ingin membahas jurnal fisipol UGM yang kemaren saya
baca…
Sebelum itu saya ucapkan terimakasih atas e-jurnal nya yang
gratis..tis..tis!!
saya pembaca setia lo, walaupun cuma seorang mahasiswa yang
7tahun gak lulus-lulus wkwkwk…tapi ya itu..seperti prinsip saya, belajar dan
membaca itu suka-suka dan kapan saja! Persetan dengan persepsi orang.
Lagian saya membaca bukan untuk cari Ijazah, terlebih Ilmu
(7tahun melelahkan mimpi saya)
saya cuma PENASARAN!
Ndak kurang…dan gak lebih
Yak ! eng…ing..engggg!
Kali ini saya punya Jurnal Fisipol vol 15 tahun 2011 No.1
yang judulnya :
MENUJU PELAYANAN
SOSIAL YANG BERKEADILAN
By: Janianton Damanik
(antondmk@yahoo.com)
Opppoooo iki?!
Santai-santai..pelan-pelan beroooo..
Pelayanan sosial diartikan
tindakan memproduksi, mengalokasi, mendistribusi sumberdaya sosial kepada publik.
Pelayanan sosial diidentikkan dengan palayanan kesejahteraan sosial
Gampangnya,
Sekolah gratis – pelayanan sosial
yang baik;
sekolah gratis tapi pengajarnya dibayar
murah jadi males-malesan – pelayanan sosial yang kurang baik
Jamkesmas (jaminan kesehatan
masyarakat) gratis – pelayanan sosial yang baik;
Jamkesmas gratis tapi masih “roaming”
(ini maksudnya kalo gw terdaftar di jogja, ya di Jogja. Kalo sakit di Jakarta ya..kasian
deh luu!) – pelayanan sosial yang kurang baik
Perumahan TNI gratis – pelayanan sosial
yang baik
Perumahan TNI gratis selama
hidup, kalo udah meninggal digusur – pelayanan sosial yang kurang baik
Nah kenapa pelayanan sosial yang
menjamin terdistribusinya sumber daya sosial (kesehatan, pendidikan, tempat
tinggal, dsb) dengan baik menjadi penting? Disini dijelaskan :
1. Sumber
daya sosial menjadi basis untuk mempertahankan status quo, dalam arti kehidupan
sosial dan ekonomi masyarakat tidak begitu merosot
2. Sumber
daya sosial berfungsi memperbaiki situasi nyata, dalam arti meningkatkan
kualitas kehidupan sosial dan ekonomi rakyat
3. Sumber
daya sosial berfungsi menyetarakan atau menyeimbangkan kehidupan ekonomi warga.
Wah, mulia sekali ya kalau kita
bisa menciptakan pelayanan sosial dengan baik.
Repotnya nih ya….
Kalau ada pertanyaan “baik” itu
menurut siapa? dan “bagus” itu berdasarkan apa?
Misal nih ya ada cerita:
Di negeri Kudanil, ada anak bernama solikhin. Solikhin ini genduttt! Subuuurr!
Pokoknya gw banget dah…!
Solikhin berniat “….hari ini saya akan diet! Saya akan bermain bola
seharian!....”
Kebetulan lapangannya gak jauh dari rumah Solikhin
Nah…..ibu solikhin liat tuh, solikhin keringetan main bola
“…capek banget kayaknya…”
Hari menjelang sore (emang kapan pagi nya ya?wkwk)….Solikhin yang capek
balik ke rumah mau mandi terus tidur. Harapannya
“…turun 5kilo ini dah, tadi udah lari gaya ronaldinho…!”
Harapan tinggal harapan, begitu buka pintu…busyet!
Di meja makan ada nasi panas, ayam bakar lengkap dengan sambal dan
lalapan, tidak lupa juga kerupuk merek ikan tengiri!
Dari dapur ibu nya teriak “Ayo dimakan! Udah ibu buatin…cape kan tadi
maen bola nya?!”
Karena gak enak sama ibu nya, dan itu makanan sayang kalau gak dimakan
Cepat-cepat solikhin bilang dalam hati,
“DIET TERTUNDA SAMPAI BATAS WAKTU YANG TIDAK DITENTUKAN”
Nah dari cerita itu…coba kita
bayangkan kalau Solikhin itu “masyarakat” dan Ibu nya Solikhin itu “pemerintah”,
bisa kacau itu! Hahahha!
Makanya sekarang pelayanan sosial
cenderung kearah empowerment. Dimana Ibu solikhin akan bertanya dulu sebelum
membikin makanan, bertanya ke anak nya: “mau makan gak?”, “pakai apa?”, “sedikit
atau banyak porsinya?”
Nah, ternyata tidak Cuma pemerintah
loh yang bertanggung jawab terhadap bentuk-bentuk pelayanan sosial seperti ini,
perusahaan juga! Sebagai tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat
Dan itu disebutkan CSR (Corporate
Social Responsibilty) (Kuper, 2004:11)
CSR adalah komitmen korporat
untuk mendorong pembangunan ekonomi secara berkelanjutan bekerja sama dengan
karyawan, keluarganya, komunitas local dan masyarakat umum untuk memperbaiki
mutu hidup dengan cara saling menguntungkan bagi bisnis korporat maupun untuk
pembangunan itu sendiri (Ward, 2004:3)
Penangkapanku gini, untuk menjaga
kelangsungan produksi sebuah perusahaan, mereka harus menjaga agar daya beli
masyarakat minimal mampu membeli produk dari perusahaan tersebut. Salah satunya
dengan meningkatkan pelayanan sosial.
Tapi, seperti kata Friedman
seperempat abad yang lalu, “the business
of business is business” (Suprapto dan Adiprigandari 2006:41; Achwan,
2006:85)
Khun said “CSR would not open the
heart and minds of managers, nor add value to their business” (Managhan, et.al,2003:41)
Hmmm..sepertinya intinya, memang
perusahaan mengejar pemasukan bukan mengejar pelayanan sosial.
Dan lebih jauh lagi nanti
jurnalnya membahas filantropi keadilan Sosial yang menawarkan solusi terhadap
beberapa permasalah-permasalahan pelayanan sosial
(bisa kita bahas lain waktu,
karena saya juga belom terlalu paham..takut salah)
Nah menurut guwe nih ya (emang
siapa gw ya?)
CSR ini dengan sendirinya kedepan
akan menjadi prioritas perusahaan yang paling penting. Perusahaan akan
berlomba-lomba untuk memperbaiki agenda CSR nya
Karena apa? Karena saya baca buku
“bisnis” hermawan karta jaya – marketing in venus
Kalo benar yang dibuku itu
terjadi, maka di dunia yang semakin emosional ini akan “memaksa” pelanggan
memilih berdasarkan emosi ..bukan logika. Kalau logika di jurnal ini, CSR akan
memperkecil keuntungan perusahaan maka buku “bisnis” sendiri berkata TIDAK! CSR
adalah investasi!
Perusahaan The Body Shop
contohnya, mengusung ideology “greenpeace” dengan menghabiskan dana yang tidak
sedikit hanya sekedar iklan “greenpeace” yang sebenarnya ndak nyambung dengan
produk yang dihasilkan. Kenapa mau? Entah persepsi orang tentang hubungan The
Body Shop dan Greenpeace, tetapi yang jelas itu menguntungkan bagi the Body
Shop, terbukti dengan the Body Shop masih eksis sebagai perusahaan
multinasional yang sukses.
Orang membeli suatu produk tidak
lagi dengan sebuah pilihan rasional, persaingan kualitas produk adalah nomer
dua. Yang pertama adalah memberikan “warna” produk itu sendiri sehingga
mendapatkan perhatian dari orang-orang.
kalau ada istilah "there is no free lunch" (Nursahid, 2006:116)
maka disini gue ada istilah "we sell our free lunch!"